Batu ( Mediapewarta.com ) – Cangkrukan Teater Malang Raya (Cak Tema) memperingati Hari Teater Dunia (HATEDU) 2023 lewat roadshow pertunjukan di 7 titik ruang publik di Malang dan Batu. Di Kota Batu, ada tiga lokasi terpilih yakni Gedung Kesenian Mbatu Aji, dan Studio Agropolitan Televisi sebagai lokasi puncak acara pada hari Minggu 9 April 2023. Selain performa simpul 13 kelompok seni teater lintas umur, rangkaian acara juga menggelar Sarasehan Teater dengan mengundang narasumber :
1. Fuad Dwiyono Founder Teater Air dan Presidium 1 Dewan Kesenian Jatim
2. Winarto Ekram seniman Tari dan Penggerak Teater Kota Batu
3. Sindu Tokok pendiri Teater Malang
4. Mahendra Eeng, Penulis sekaligus Penggerak Teater Pesantren Sumenep Madura, juga sekaligus pelopor Teater Folklor.
Sesi sarasehan dimulai pada jam 4 sore sampai menjelang adzan maghrib, jeda buka puasa bersama, dan berlanjut sampai jam 9 malam. Antusias sarasehan yang dimoderatori Pengurus Dewan Kesenian Kota Batu, M. Anwar bertema Sinergitas Kelompok Teater, tantangan dan peluang bagaimana ekosistem teater di Malang Raya menggeliatkan eksistensinya.
Pemantik pertama Cak Mahendra Eeng, datang dari Sumenep Madura mengungkap, barometer teater Jawa Timur ada di 2 wilayah. Informasi yang dikutip dari pantauan pentolan Teater Garasi Yogyakarta, Yuli Ahmad Tajudin. Bahwa pergerakan teater didominasi generasi teater progresif dr Madura dan Malang. Indikatornya adalah keberhasilan membawa teater ke dalam gagasan. Cak Eeng yang aktif di Departemen Teater DKJT memaknai sinergitas sebagai berikut :
Internal
– manajemen konflik ada energi besar yg kalo dimanajerial dgn baik jadi stimulus gagasan. Seniman butuh ego, sbg kesucian keindahan.
– menurut Garin Nugroho, masyarakat kita memang dilemahkan. Karyanya selalu berat, justru agar menghadapi hidup dgn mudah.
External
– seni dan masyarakat, selalu dianggap melangit. Ada jarak, dihadap hadapkan.
– yg hadir duluan adalah fashion, bukan spiritnya. Metode diklat orientasi, diskontruksi sbg prasyarat eksistensi berkesenian kedepan.
2. Sindu : Teater Dalam Gagasan
Mengambil hikmah
Bahwa yg paling mahal adalah ilmu
Muncul bisnis kecemasan dan bisnis harapan
Iklim intelektual diantara pelaku
Iklim bereksistensi, tantangannya zona nyaman, iklim peduli
Ekosistem, antar sistem yg sinergi
Ekosistem tidak tercipta kalo ecososial, ecocultural
3. Cak Fuad : berproses, gelisah, kesuksesan diukur dr capaian diri sendiri. Seni teater menjadi seni kolektif, orang2 teater bermanfaat di seluruh bidang.
4. Winarto : cinta sejati, apa yg kita berikan kepada teater, maka teater akan memberi.
Era 90 an, festival menggeliat.
Hidup tidaknya teater ya kembali pada bagaimana pelakunya menghidupi.
Seniman hebat :
1. Disiplin
2. Mengabdi
3. Menikmati
Seni bisa hidup :
1. Si pelaku bekerja keras
2. Pemerintahan
3. Penonton/public
Ojo asik dewe
Yani : bojonegoro
Kendala kendala :
Ada gap antar kelompok
Seniyoritas, daya juang
Dogma teater soal perilaku komunal
Treatment angka ikut
Pak Sindu :
– peradaban terlampau cepat
– apapun bentuk sekarang, ada konvensinya, ada dukungan teori
Cak fuad :
Mengutip WS Rendra , Janganlah bangga apa yang telah kau lakukan, tp setelah ini berbuat apa
Teater harus terus bergesekan, artinya silaturahmi.
Teater sebagai ruang bermain, hari ini Pendidikan Karakter
Gelisah dan kegilaan
Teater resisten
Tasawuf teater
Bambang : gelisah
Mengalir aja.