Fair Play Hanyalah Sebatas Simbol Saja Jika Langkah Politik Walikota Muluskan Syahwat Kuasai KONI Kota Malang

banner 728x90

 

Malang (Siaptv.Com) – Gelaran Musyawarah Olahraga Kota (Musorkot) KONI Kota Malang tinggal hitungan jam saja, dan upaya penggiringan opini masih terus terjadi di media online yang seolah ingin mempengaruhi opini publik tentang sosok yang dinilai kurang dan bahkan gagal dalam memimpin KONI Kota Malang.

Jika diamati dengan sesama, pola penggiringan opini terkait dengan suksesi ketua umum KONI Kota Malang, santer terjadi di beberapa media sesaat setelah  pernyataan Walikota Malang H. Sutiaji didalam sambutan kepengurusan PSSI Kota Malang yang terkesan memberikan sinyal pada salah satu kandidat calon ketua yang juga akan ikut maju dalam gelaran Musorkot KONI Kota MALANG Pada sabtu (17/12/2022).

 

Bocornya pertemuan antara salah satu calon ketua KONI yang di dukung Walikota dengan salah satu organisasi wartawan tertua yang ada di malang pada Rabu (14/12/2022), sesaat membuat peta dukungan berubah, dan bahkan esok paginya pada Kamis (15/12/2022) hampir semua pemberitaan muncul yang seolah – olah memojokkan salah satu peserta kontestasi dalam pemilihan ketua umum KONI Kota Malang.

Dari beberapa rangkaian yang terjadi dalam dua hari terakhir jelang pemilihan dan pelaksanaan Musorkot KONI Kota Malang, seolah memberikan gambaran ada syahwat politik Walikota Malang yang harus terpenuhi dalam sukses ketua umum KONI kota malang yang baru, terlebih adanya wacana yang dilemparkan oleh H. Sutiaji untuk tidak mau mengesakan dana hibah untuk koni hingga memindahkan alokasi pengelolaan dana hibah KONI Ke disporapar Kota Malang.

Tentu apa yang disampaikan oleh Sutiaji sebagai Walikota akan menjadi preseden buruk bagi perkembangan pembinaan olah raga prestasi yang ada di kota malang, dimana faktor “like and dislike” penguasa kemudian seolah menjadi kunci keterpilihan calon ketua Umum KONI kota malang kedepan, yang tentunya hal ini akan sangat bertentangan dengan semangat demokrasi, dan kemudian menjadikan Olahraga sebagai alat politik praktis penguasa, terlebih tahun ini kita sudah akan memasuki tahun politik.

Karenanya sebagai masyarakat saya sangat berharap jangan ada campur tangan politik kekuasaan dalam dunia olahraga di kota malang, Karena akan sangat rentan sekali dimanfaatkan oleh kepentingan politik tertentu sehingga ketua itu terjadi justru malah kontraproduktif dengan keinginan KONI kota malang untuk lebih meningkatkan prestasi serta melakukan pembinaan pada bibit – bibit unggul di masing – masing cabang olahraga (cabor) di Kota Malang

Sementara itu seperti dikutip dari duta.co pada kamis (15/12/2022), apa yang dilakukan oleh walikota malang sebenarnya tidak lepas dari organisasi ini (KONI) Menurut Sutiaji telah banyak melakukan pelanggaran AD/ART, yang salah satunya belum dikirimnya undangan yang seharusnya sudah dikirim sejak 14 hari sebelum acara dimulai.

Dan yang kedua ialah pelaporan pertanggungjawaban kucuran dana 18,5 M. Dimana Walikota mengaku belum menerima laporan hal tersebut dari Ketua Umum KONI Kota Malang. Padahal hal ini yang nantinya menjadi pertimbangan dana hibah dari Pemkot turun.

Pengamat Olahraga Kota Malang ” jika ada campur tangan politik pemerintah,maka Fair Play hanyalah simbol semata karena olah raga merupakan pemersatu bangsa yang menjunjung nilai-nilai sportifitas,percuma saja ada hak suara namun sudah terbaca”ucapnya.

Tentunya adanya konstalasi yang makin memanas pada malam hari ini, saya secara pribadi berharap agar semua pemilik hak suara merenung sejenak dan mempertanyakan jauh kedalam diri kita, apa iya saudara rela jika KONI sebagai lembaga pengayom olah raga prestasi kemudian hanya dijadikan alat pemuas syahwat politik sesaat dengan memilih, kandidat yang tidak mempunyai track record dalam dunia olahraga prestasi hanya karena dukungan politis dari Walikota Malang .(H57)

banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *