FOTO ;Perahu karet sarat logistik melawan arus sungai yang ganas.Inilah perjuangan nyata warga dan relawan mengirimkan bantuan ke Desa Pasir, Gayo Lues, yang masih terisolir pascabencana. Semangat gotong royong adalah jembatan di tengah keterputusan akses.
ACEH – Sebulan pasca bencana banjir bandang dan tanah longsor melanda sejumlah wilayah di Sumatera, kondisi keterisolasian masih menyelimuti beberapa daerah. Di Kabupaten Gayo Lues, Aceh, khususnya Desa Pasir di Kecamatan Tripe Jaya, akses transportasi darat masih terputus total akibat jalan poros yang hancur diterjang banjir. Untuk mencapai desa ini, hanya ada dua pilihan: memutar melalui jalur jauh berhari-hari, atau menantang arus deras sungai yang memisahkan.
Sebuah video yang viral di media sosial memperlihatkan geliat gotong royong yang menyentuh hati. Warga Desa Pasir bersama para relawan bahu-membahu mendistribusikan logistik bantuan menggunakan perahu karet. Di tengah jeram yang kuat, perahu sarat dengan beras, terpal, mi instan, dan sembako lainnya dengan susah payah dikayuh melawan arus. Momen menegangkan terekam ketika perahu nyaris terbawa hanyut, namun berhasil diatasi berkat kekompakan tim di dalam perahu dan warga yang menunggu di seberang.
“Ini adalah bentuk ketangguhan masyarakat Gayo. Ketika jalan putus, kami bersatu. Sungai yang deras ini tidak kami jadikan halangan, tapi justru pemersatu untuk saling membantu,” ujar Amiruddin (45), Tokoh Masyarakat Desa Pasir, Ia menambahkan, bantuan dari pemerintah dan lembaga donor sudah mulai datang, namun tantangan terbesar adalah logistik ke tahap last mile atau titik terakhir penerima.
Tidak hanya melalui sungai, akses darat yang tersisa adalah jembatan tali darurat yang dibangun relawan teknis. Jembatan ini, yang menghubungkan Desa Uyem Beriring dan Desa Pasir, menjadi satu-satunya penghubung selain perahu. Tim kesehatan dari Kementerian Kesehatan RI pun harus meniti jembatan goyang ini demi memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi warga.
Menyikapi kondisi darurat yang berlarut, Pemerintah Kabupaten Gayo Lues resmi memperpanjang status tanggap darurat hingga 31 Desember 2025. Perpanjangan ini untuk mempercepat penyaluran bantuan dan perbaikan infrastruktur kritis. Dr. Rina Andriani, M.Kes., Koordinator Tim Kesehatan Kemenkes untuk Gayo Lues, menjelaskan, tantangan utama selain akses adalah pencegahan wabah penyakit pascabencana. “Kami prioritaskan air bersih, sanitasi, dan pelayanan kesehatan ibu-anak. Semua tim rela menyeberang sungai atau lewat jembatan tali untuk memastikan tidak ada korban berikutnya akibat penyakit,” jelasnya.
Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 26 Desember 2025 mencatat korban meninggal di seluruh wilayah terdampak banjir Sumatera mencapai 1.137 jiwa, dengan 163 orang masih hilang. Sebanyak 457.255 jiwa di tiga provinsi masih mengungsi. Di balik angka statistik yang suram, cahaya harapan terus dinyalakan oleh semangat gotong royong seperti yang terjadi di Desa Pasir, Gayo Lues.














