Tekad Kuat Kepala Desa & Solidaritas Warga Ubah Mardiredo Jadi Desa Bebas Sampah
Awal Mula Revolusi Hijau Mardiredo
Sejak 2017, TPS 3R Mardiredo menjadi tulang punggung perubahan. Setiap pagi, sebelum memulai kerja, para petugas sampah berdoa bersama—simbol keseriusan mereka. “Kami tak hanya mengangkut sampah, tapi mendidik masyarakat,” tegas Kades Mahfud, sosok di balik transformasi ini.

Tiga Jurus Jitu Kades Mahfud
1. Aturan Desa yang Dipatuhi Bersama
Melalui musyawarah, warga sepakat membayar iuran sampah Rp15.000/bulan. “Tak ada pengecualian, termasuk untuk keluarga saya,” ujar Mahfud.
2. Tokoh Masyarakat Jadi Garda Depan
Ustadz, ketua RT, dan pemuda dilibatkan untuk sosialisasi. “Mereka yang meyakinkan warga bahwa sampah adalah tanggung jawab bersama,” tambahnya.
3. Teknologi & Tradisi Berpadu
Dengan bantuan mesin press, penggiling organik, dan incinerator ramah lingkungan, sampah diolah menjadi berkah.
Warga sebagai Pahlawan Perubahan
Haji Fathoni, salah satu pengurus TPS, bercerita: “Dulu sungai kami kotor, sekarang anak-anak bisa bermain di tepinya.” Perubahan ini terwujud karena:
– Disiplin warga memilah sampah sejak dari rumah.
– Relawan pemuda rutin mengedukasi anak-anak sekolah.
– Perempuan PKK mengolah sampah organik jadi pupuk.
Hasil yang Membanggakan
– 0% sampah liar di jalanan desa.
– Limbah organik jadi kompos untuk kebun warga.
– Penghasilan tambahan dari daur ulang plastik.
“Kuncinya konsistensi. Kami ingatkan terus di setiap arisan, pengajian, bahkan acara nikah,” kata Mahfud sambil tersenyum.
Mardiredo Kini: Desa yang Hidup Harmonis dengan Alam
Tak heran jika desa ini kerap dikunjungi delegasi dari daerah lain. “Mereka buktikan, dengan kolaborasi, masalah sebesar sampah pun bisa ditaklukkan,” pungkas reporter.
Liputan oleh: Hari Wicaksono (MediaPewarta.com) | Foto: Bryan