Foto; Menyoroti fakta terkini terkait insiden longsor yang terjadi di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. (X.com/@KemenPU)
Banjarnegara – Sebagian publik Tanah Air tengah ramai menyoroti insiden longsor yang melanda Desa Pandanarum di Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara, Jawa Tengah, pada Kamis, 20 November 2025.
Sebelumnya diketahui, kekuatan longsoran di desa tersebut, menyapu permukiman warga dan menyisakan kerusakan berat.
Hingga Jumat, 21 November 2025 pukul 09.00 WIB, jumlah korban tewas dilaporkan mencapai 10 orang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menjelaskan perkembangan terbaru proses evakuasi.
Abdul Muhari menjelaskan, situasi di lokasi bencana masih penuh ketidakpastian. Tim penyelamat mencatat ada 18 warga yang diduga masih hilang.
“Atas penemuan ini, jumlah korban meninggal dunia menjadi 10 orang, sementara 18 orang masih dalam pencarian,” kata Abdul Muhari dalam keterangan resminya, pada Jumat, 21 November 2025.
Di sisi lain, Rasa cemas menggelayuti keluarga korban yang terus menunggu kabar dari proses pencarian yang berlangsung di 3 sektor berbeda.
Kerusakan fisik di desa itu juga sangat besar. Puluhan rumah roboh dan ratusan lainnya terdampak. Ribuan warga terpaksa mengungsi ke sejumlah titik yang disiapkan pemerintah daerah.
Terlihat, suasana posko dipenuhi rasa takut dan trauma, terutama bagi mereka yang menyaksikan langsung amukan tanah dari lereng yang jebol.
Menurut data awal yang dihimpun, hingga Kamis malam, bencana ini menyebabkan 7 warga terluka, 48 rumah roboh atau hilang, 195 rumah terdampak, dan total pengungsi mencapai 934 jiwa.
Lantas, bagaimana fakta terkini terkait proses evakuasi para korban longsor di Banjarnegara? Berikut ulasan selengkapnya.
Upaya Pencarian dan Kendala di Lapangan
Operasi pencarian masih berlangsung dengan pengerahan sekitar 700 personel gabungan.
Mereka terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, relawan dan berbagai unsur pendukung lain. Pencarian dilakukan dengan peralatan seperti alkon, anjing pelacak, dan dukungan alat berat.
Abdul Muhari menjelaskan, medan pencarian sangat menantang karena longsoran masih labil dan hujan terus mengguyur wilayah itu.
“Ada potensi longsor susulan akibat hujan, kubangan air di area longsoran, serta aliran mata air yang terus mengalir, sehingga memperlambat proses evakuasi,” ujarnya.
Untuk mengurangi risiko, tim gabungan menjalankan operasi modifikasi cuaca dan membuat jalur pembuangan air agar area longsoran tidak semakin jenuh.
Terdapat pula, 12 unit excavator serta 12 alkon dikerahkan untuk mempercepat pembukaan jalur material.
Evakuasi Dibayangi Ancaman Susulan
Kerusakan akibat longsor meluas hingga ke permukiman yang berada di radius beberapa ratus meter dari titik amblasnya lereng.
Banyak rumah tertimbun material lumpur tebal. Warga yang selamat mengisahkan bagaimana mereka harus berlari meninggalkan rumah tanpa sempat menyelamatkan barang.
Terkait hal itu, Abdul Muhari menegaskan bahwa situasi di lapangan masih sangat dinamis akibat risiko hujan lebat.
“Untuk mengurangi risiko, BNPB bersama lintas instansi melakukan operasi modifikasi cuaca serta menyiapkan aliran agar air dapat mengalir langsung ke sungai,” ungkapnya.
Cerita Pilu Korban yang Berlarian ke Hutan
Di tengah upaya penyelamatan, kisah para penyintas menggambarkan detik-detik bencana berlangsung begitu cepat.
Saat itu, suara gemuruh besar menjadi tanda bahaya pertama bagi warga setempat.
Sumarti, salah satu warga yang selamat, masih menitikkan air mata saat mengenang kejadian itu.
“Waktu kejadian itu terdengar suara gemuruh. Beberapa warga memastikan kondisi daerah atas. Tapi ternyata longsor itu membesar, saya pun lari menyelamatkan diri,” katanya di tempat pengungsian pada Senin, 17 November 2025 malam.
Korban insiden longsor di Desa Pandanarum itu menceritakan, awalnya warga berlari ke arah makam dusun untuk menghindari jalur longsor.
Kendati demikian, kondisi semakin memburuk sehingga mereka terpaksa melarikan diri lebih jauh menuju hutan.
“Setelah sampai di hutan, kami dijemput oleh petugas. Lalu dibawa ke puskesmas dan kemudian di posko pengungsian,” ujar Sumarti.
Red














