Usai Luncurkan Awan Panas 7 Km, Aktivitas Vulkanik Semeru Masih Sangat Tinggi

banner 728x90

Menyoroti situasi berbahaya pada kawasan Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur usai alami erupsi pada Rabu, 19 November 2025. (Dok. ESDM)

JAKARTA – Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, kembali memasuki fase aktivitas tinggi yang memicu pengetatan zona bahaya di beberapa sektor rawan, pada Sabtu, 22 November 2025.

Terkini, Badan Geologi Kementerian ESDM melaporkan, sepanjang jalur Besuk Kobokan hingga radius 20 kilometer dari puncak kini ditetapkan sebagai area terlarang.

Hal itu karena ancaman awan panas dan aliran lahar yang masih sangat mungkin terjadi.

Pada Sabtu dini hari, Semeru menghembuskan asap putih setinggi sekitar 1.000 meter dari kawah utama.

Rekaman CCTV di Desa Oro-oro Ombo bahkan memperlihatkan jelas semburan lava pijar yang meluncur dari puncak, disertai suara letusan berulang yang menggema hingga kawasan lereng.

Cahaya merah yang membelah langit malam memperkuat indikasi bahwa gunung api tertinggi di Jawa tersebut berada dalam fase erupsi berkelanjutan.

Terkait hal itu, Ketua Tim Tanggap Darurat Erupsi Semeru Badan Geologi, Yasa Suparman mengimbau warga setempat tetap berada di zona aman dari area letusan Gunung Semeru.

“Semeru masih dalam aktivitas erupsi yang berbahaya. Kemarin masih terjadi awan panas, gempa letusan, dan banjir lahar,” kata Yasa dalam keterangan resminya, pada Sabtu, 22 November 2025.

Berikut situasi terkini di daerah terdampak erupsi Gunung Semeru usai hembusan erupsi besar pada Rabu, 19 November 2025.

157 Gempa Letusan dalam Sehari

Berdasarkan laporan resmi ESDM, pada Jumat, 21 November 2025, Badan Geologi menyebut visual Semeru terlihat jelas meski sesekali tertutup kabut.

Asap kawah tampak berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tinggi pada pengamatan pukul 00.10 WIB.

Aktivitas kegempaan menunjukkan peningkatan signifikan. Tercatat 157 gempa letusan dengan amplitudo 10 hingga 22 mm dan durasi 58 hingga 185 detik.

Selain itu, terdata pula 17 gempa guguran, 19 gempa hembusan, 1 gempa vulkanik dalam, 6 gempa tektonik jauh, serta 1 gempa getaran banjir berdurasi 6.499 detik.

Zona Berbahaya Diperluas hingga 20 Km

Badan Geologi menekankan, aktivitas masyarakat dilarang keras di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan dalam radius 20 kilometer dari puncak.

Di luar area tersebut, masyarakat juga diminta menjauhi sempadan sungai minimal 500 meter karena potensi aliran lahar dan awan panas bisa terjadi kapan saja.

Selain sektor tenggara, larangan aktivitas juga diterapkan dalam radius 8 kilometer dari kawah untuk menghindari lontaran batu pijar yang dapat meluncur tiba-tiba.

Letusan 2.000 Meter dan Awan Panas 7 Km

Secara terpisah, Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid menerangkan erupsi di Semeru ini bukan sebuah kejadian tunggal yang wajib diwaspadai warga.

“Erupsi berupa awan panas yang terjadi merupakan rangkaian beruntun, bukan kejadian tunggal,” kata Wafid kepada awak media di Bandung, pada Rabu, 19 November 2025.

Peningkatan kewaspadaan ini tidak terlepas dari letusan besar pada Rabu, 19 November 2025.

Saat itu, kolom letusan mencapai 2.000 meter di atas puncak dan memicu awan panas sejauh 7 kilometer ke arah utara dan barat laut.

Rekaman seismograf menunjukkan, amplitudo maksimum 40 mm dengan durasi 16 menit 40 detik. Kondisi ini menjadi salah satu dasar Badan Geologi menaikkan status Semeru ke Level IV Awas.

Tekanan Bawah Permukaan Meningkat

Menurut Wafid, gempa-gempa yang terekam menunjukkan masih adanya suplai material dari bawah permukaan gunung.

“Nilai variasi kecepatan relatif menunjukkan pola penurunan sejak pertengahan Oktober, yang mengindikasikan adanya peningkatan tekanan di dekat permukaan tubuh gunung api,” jelasnya.

Ia menambahkan, pemantauan deformasi menunjukkan pola relatif stabil, yang berarti tekanan dari dalam tubuh gunung masih dalam batas yang harus terus dipantau ketat.

143 Hewan Ternak Ikut Terdampak

Dinas Peternakan DKPP Lumajang mencatat, sedikitnya total 143 hewan ternak ikut terdampak, dengan rincian 139 kambing dan domba serta 4 sapi telah mati akibat diterjang material erupsi di Semeru, pada 19 November 2025.

Pemerintah Kabupaten Lumajang telah menetapkan Tanggap Darurat hingga 26 November mendatang untuk menangani dampak erupsi yang terus berlangsung.

Dengan aktivitas yang belum menunjukkan tanda mereda, warga diminta tetap waspada dan mengikuti seluruh arahan petugas di lapangan.

Hingga kini, Gunung Semeru masih berada pada Level IV Awas, menandakan seluruh sektor rawan harus steril untuk menghindari jatuhnya korban.***

banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *